Belasan tahun lalu, hiduplah sepasang gadis kembar yang bernama Elline dan Verinne yang tinggal bersama ibunya di kota Vongo. Mereka berdua adalah gadis periang dan rajin. Setiap pulang sekolah, mereka membantu ibunya membuat kue panggang lalu esok sebelum sekolah ia jualan keliling kota .
Siang ini, Elline dan Verinne bergegas berangkat sekolah. Merekapun berpamitan pada ibu mereka.
Sesampainya di sekolah, mereka langsung menuju kelas. Karena hari ini mereka terlambat. Mereka keasyikan bejualan di kota lantaran banyanya pesanan dari pembeli.
“ Siang bu..” ujar Elline dan Verinne bersamaan. Mereka terengah-engah karena berlari dari gerbang menuju ke kelas. Apalagi kelas mereka dilantai dua. Tambah berat saja penderitaan mereka. Untungnya saat ini pelajaran kesenian yang diajar Bu Nelly. Mereka pun dipersilahkan duduk.
“Baik anak-anak, pelajaran ibu lanjutkan. Besok kalian membawa miniature dari tanah liat yang ibu beri dua hari lalu ya. Mengerti?” ujar Bu Nelly. Tak lama bel pergantian pelajaran berbunyi. Bu Nelly pun pergi meninggalkan kelas. Kelas menjadi ribut.
“Elline, Verinne kenapa kalian terlambat? Untung saja tadi pelajaran Bu Nelly. Bayangkan kalau pelajaran Bu Jessica, habis kalian olehnya.” Terang Derria dan Lulu sahabat Elline dan Verinne.
“Hm..maaf. tadi kami keasyikan berjualan. Hehe” ujar Elline.
“Dan juga banyak pesanan..jadi kami kelimpungan sendiri.” Terang Verinne.
Tak terasa waktu cepat berlalu, sekarang sudah pelajaran terakhir yaitu pelajaran Bu Jessica.
“Jangan lupa besok ulangan sejarah. Bila ada nila yang tidak memenuhi KKM tidak ada remedial. Jadi kalian harus belajar sungguh. Mengerti..?” ujar Bu Jessica galak. Karena ulangan minggu kemarin banyak murid yang remedial. Untung Elline dan Verinne tidak remedial. Setelah itu bel pulang berbunyi, semua murid berdoa dan berhamburan keluar kelas.
Elline dan Verinne bergegas menuju rumah. Karena mereka harus membantu ibu mereka membuat kue panggang yang banyaak sekali.
“Ibu, aku mengaduk adonan ya bu..” pinta Verinne. “Aku memberi mesis di atas kue panggang yang sudah matang ya bu.” Pinta Elline. Mereka pun bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Karena besok Elline dan Verinne harus segera mengantarkan pesanan kue panggang.
Jarum jam sudah menunjukkan angka ke angka 10. berarti sudah sangat lama mereka bekerja. Rasa lelah pun sempat menghampiri Verrine. Lalu ia tepis dengan kembali bekerja.
“Verinne, tolong ambilkan gunting nak. Gunting ada di kamar Elline.” Seru ibu.
Langsung Verinne menuju kamar saudara kembarnya itu. Ternyata gunting itu ada di atas lemari pakaian Elline. Tidak terlalu tinggi memang, tapi Verinne karena sudah lelah merasa malas mengambilnya. Tidak sengaja tubuh Verinne mengenai miniatur tanah liat karya Elline diatas lemari pakaian Elline. Praanng..pecah sudah miniatur milik Elline. Verinne bingung bukan main. Hingga ingin beranjak tidurpun Verinne tidak memberi tahu Elline perihal miniatur milik Elline pecah. Dia masih terdiam saja.
Saat Elline sudah tidur, dia mencoba mencari nomor telepon Bu Nelly. Ia masih ingat kalau nomor telepon guru-guru adal di buku catatannya. Tapi entah mengapa saat ini buku catatannya raib entah kemana. Hingga ia menemukan buku tentang pengolahan daur ulang. Dia pun membaca-baca buku itu dan mendapatkan inspirasi untuk mengganti miniatur milik Elline yang pecah.
Menurut buku tersebut Verinne membutuhkan :
· Koran/kertas bekas
· Lem
· Air secukupnya
· Baskom untuk merendam kertas/Koran
Dan cara pembuatannya adalah :
· Isi baskom dengan air secukupnya
· Robek Koran/kertas menjadi bagian-bagian kecil dan rendam di baskom
· Diamkan sekitar 2,5 jam
· Setelah itu buatlah bentuk apa yang kita inginkan
· Lalu jemur di sinar matahari
· Bila perlu di percantik dengan di cat bagian permukaannya
· Miniatur bubur kertas sudah jadi
Setelah mengalami proses-proses pembuatan miniatur dari bubur kertas, ia cat permukaan miniatur itu dengan warna sesuai. Setelah selesai, ia jemur di atas jemuran. Lalu ia tidur dengan lelap. Saking lelapnya, ia pun tak bisa berkata ia mimpi apa.
“Verinne, bangun. Sudah jam 07.00 kita harus segera mengantarkan kue-kue ini ke pelanggan.” Seru Elline sambil menepuk bahu Verinne. Tetapi Verinne belum bangun juga dan akhirnya Elline mengantarkan pesanan pesanan kue seorang diri.
Sekitar jam 09.00 pagi Verinne bangun dari tidurnya. Dia tersentak melihat jarum jam ada di angka 9. Berarti Elline pergi sendirian mengantar semua pesanan itu dong. Ya ampun….kenapa aku bisa terlambat bangun, batin Verinne dalam hati. Ia pun bergegas menuju halam depan. Ia melihat miniatur bubur kertas itu sudah kering. Memang sinar matahari saat itu sedang terik. Ia pun segera mengambil miniature itu dan menaruhnya di kamarnya.
Tak lama Elline pulang. Dan tampak seperti orang yang sedang kelalahan. Verinne sengaja membuatkan kue pangang hangat spesial untuk Elline.
“Elline ini untukmu..maafkan aku ya. Aku sudah memecahkan miniatur tanah liatmu. Aku tak berani bilang padamu takut kau marah.” Seru Verinne dengan kepala menunduk dan sambil menyerahkan kue panggang hangat spesial dan miniature bubur kertas pada Elline.
“Ooh Verinne, jadi kau begadang semalaman untuk membuatkanku miniature ini? Aku sangat beruntung mempunyai saudara sepertimu” ujar Elline sambil memeluk Verinne.
Elline sangat senang hari ini, walau ia lelah mengantar semua pesanan seorang diri, ia bersyukur karena mempunyai saudara seperti Verinne.
Dan Verinne dapat menyimpulkan bahwa barang bekas juga bisa menjadi barang yang lebih bermanfaat melalui proses daur ulang. Dan manfaat barang daur ulang juga banyak salah satunya mengurangi sampah yang ada. Itu bisa membantu lingkungan menjadi bersih dengan menyuruh warga untuk melakukan hal yang sama. Verinne beruntung dapat membaca buku tentang cara mengolah daur ulang. Dia mendapat banyak ilmu tentang daur ulang. Daur ulang itu asyik ya.. batin Verinne dalam hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar